Kamis, 24 Mei 2012

ILMU UKUR WILAYAH


Kata pengantar

Dengan mengucapkan Alhamdulillah puji sukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena limpahan nikmat, rahmat, taufiq serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan praktikum Ukur Wilayah dan Foto Udara, dengan lancar tidak ada halangan suatu apapun.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan praktikum ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ukur Wilayah dan Foto Udara agar dapat menambah pengetahuan tentang pengukuran tanah.
Penulis dalam penyusunan makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga kritik dan saran dari pembaca penulis sangat harapkan dalam penyempurnaan laporan ini maupun penyusunan laporan mendatang.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunya makalah ini, semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan petunjuk bagi kita semua.







Penyusun











Bab I

PENGUKURAN SIPAT DATAR
KERANGKA DASAR VERTIKAL

1.      Tujuan dan sasaran pengukuran sipat datar Kerangka dasar vertikal

Titiktitik yang ditentukan adalah berguna pada kompliming peta atau untuk menentukan garis-garis atau jalur-jalur dan kemiringan-kemiringan konstruksi pada. Pengukuran-pengukuran ini dilakukan pada daerah yang relatife sempit, dimana tidak perlu dilibatkan adanya faktor kelengkungan bumi diperhitungkan.
Sebagaimana diketahui bahwa permukaan bumi tidak tentu, artinya tidak mempunyai pemukaan yang sama tinggi, maka tinggi titik kedua dapat dihitung, apabila titik pertama telah diketahui tingginya. Tinggi titik pertama (h1) dapat di definisikan, sebagai koordinat lokal ataupun terikat dengan titik yang lain yang telah diketahui tingginya, Sedangkan beda tinggi (h) dapat diketahui/diukur dengan menggunakan prinsip sipat datar.
Pengukuran menggunakan sipat datar optis adalah pengukuran tinggi garis bidik alat di lapangan melalui rambu ukur. Rambu ukur berjumlah 2 buah masing-masing didirikan di atas dua patok/titik yang merupakan jalur pengukuran.
Referensi informasi ketinggian diperoleh melalui suatu pengamatan di tepi pantai yang dikenal dengan nama pengamatan Pasut. Pengamatan pasut dilakukan menggunakan alat-alat sederhana yang bekerja secara mekanis, manual dan elektronis. Tinggi permukaan air laut direkam pada interval waktu tertentu dengan bantuan pelampung baik dalam kondisi air laut pasang maupun surut. Pengamatan permukaan air laut pada interval tertentu diolah sehingga diperoleh informasi mengenai tinggi muka air laut rata-rata atau dikenal dengan istilah Mean Sea Level (MSL). MSL ini berdimensi meter dan merupakan referensi ketinggian bagi titik-titik lain di darat.
Gambar 1.1. Proses pengukuran




  
Gambar 1.2. Arah pengukuran


2. Peralatan, Bahan dan Formulir Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal
      Peralatan yang digunakan :
1.      Alat sipat datar optis
Pada dasarnya alat sipat datar terdiri dari bagian utama sebagai berikut :
a.       Teropong berfungsi untuk membidik rambu (menggunakan garis bidik) dan memperbesar bayangan rambu.
b.      Nivo tabung diletakan pada teropong berfungsi mengatur agar garis bidik mendatar. Terdiri dari kotak gelas yang diisi alkohol. Bagian kecil kotak tidak berisi zat cair sehingga kelihatan ada gelembung. Nivo akan terletak tegak lurus pada garis tengah vertikal bidang singgung di titik tengah bidang lengkung atas dalam nivo mendatar.
c.       Kiap (leveling head/base plate), terdapat sekrup-sekrup kiap (umumnya tiga buah) dan nivo kotak (nivo tabung) yang semuanya digunakan untuk menegakkan sumbu kesatu (sumbu tegak) teropong.
d.      Sekrup pengunci (untuk mengunci gerakan teropong kekanan/ kiri).
e.       Lensa okuler (untuk memperjelas benang).
f.       Lensa objektif/ diafragma (untuk memperjelas benda/ objek).
g.       Sekrup penggerak halus (untuk membidik sasaran).
h.      Vizir (untuk mencari/ membidik kasar objek).
i.        Statif (tripod) berfungsi untuk menyangga ketiga bagian tersebut di atas.

 
Gambar 1.3. Alat sifat datar

2.      Rambu ukur 2 buah
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya ± 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter

       
           
                                    Gambar 1.4. Rambu ukur.

Gambar 1.5. Cara menggunakan rambu ukur di lapangan

3.      Statif
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya. Statif saat didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran.
           
            Gambar 1.6. Statif

4.      Unting-Unting
Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk kerucut dengan ujung bawah lancip dan di ujung atas digantungkan pada seutas tali. Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan tanah atau sebaliknya.

Gambar 1.7. Unting-unting

5.      Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk memberi tanda batas jalon, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu lain. Patok biasanya ditanam didalam tanah dan yang menonjol antara 5 cm - 10 cm, dengan maksud agar tidak lepas dan tidak mudah dicabut. Patok terbuat dari dua macam bahan yaitu kayu dan besi atau beton.
Patok Kayu Patok kayu yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar dengan ukuran ± 50mm x 50mm, dan bagian atasnya diberi cat.
Patok Beton atau Besi Patok yang terbuat dari beton atau besi biasanya merupakan patok tetap yang akan masih dipakai diwaktu lain.

Gambar 1.8. patok besi


6.      Pita ukur (meteran)
Pita ukur linen bisa berlapis plastik atau tidak, dan kadang-kadang diperkuat dengan benang serat. Pita ini tersedia dalam ukuran panjang 10m, 15m, 20m, 25m atau 30m. Kelebihan dari alat ini bisa digulung dan ditarik kembali, dan kekurangannya adalah kalau ditarik akan memanjang, lekas rusak dan mudah putus, tidak tahan air.


Gambar 1.9. Pita ukur
7.      Payung
Payung ini digunakan atau memiliki fungsi sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur itu sendiri. Karena bila alat ukur sering kepanasan atau kehujanan, lambat laun alat tersebut pasti mudah rusak (seperti ; jamuran, dll).
           



8.      Bahan Yang Digunakan :
1.      Peta wilayah study Peta digunakan agar mengetahui di daerah mana akan melakukan pengukuran
2.      Cat dan kuas Alat ini murah dan sederhana akan tetapi peranannya sangat penting sekali ketika di lapangan, yaitu digunakan untuk menandai dimana kita mengukur dan dimana pula kita meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak boleh hilang sebelum perhitungan selesai karena akan mempengaruhi perhitungan dalam pengukuran.
3.      Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengkuran di lapangan.



9.      Formulir Pengukuran
Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangan dan hasil perhitungan-perhitungan/pengukuran di lapangan (terlampir). Pengukuran harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebelumnya.




10.  Prosedur pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal
Ketentuan-ketentuan pengukuran Kerangka Dasar Vertikal adalah sebagai berikut :
a.       Pengukuran dilakukan dengan cara sipat datar.
b.      Panjang satu slag pengukuran.
c.       Pengukuran antara dua titik, sekurangkurangnya diukur 2 kali (pergi dan pulang).
d.      Perbedaan hasil ukuran pergi dan pulang tidak melebihi angka toleransi yang ditetapkan. Khusus mengenai angka toleransi pengukuran sipat datar, dapat dijelaskan sebagai berikut :
T = ± K VD
dimana :
T   =  Toleransi dalam satuan milimeter
K = konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian pengukuran dalam satuan milimeter
D  =   Jarak antara dua titik yang diukur dalam satuan kilometer Berikut ini diberikan contoh harga K untuk bermacam tingkat pengukuran sipat datar :

                        Tabel 1.1. Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar
                       
                        Contoh :
Dari A ke B sejauh 2 km, harus diukur dengan ketelitian tingkat III. Ini berarti perbedaan ukuran beda tinggi pergi dan pulang tidak boleh melebihi 8 V 2 = 11 mm. Apabila beda tinggi ukuran pergi dan pulang 11 mm, ukuran tersebut diterima sebagai ukuran tingkat III, Bila > 11 mm ukuran harus diulangi. Dari pengalaman menunjukkan bahwa titik-titik kerangka dasar vertikal yang akan digunakan harus diukur lebih teliti. Pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal harus diawali dengan mengidentifikasi kesalahan sistematis dalam hal ini kesalahan garis bidik alat sipat datar optis melalui suatu pengukuran sipat datar dalam posisi 2 stand (2 kali berdiri alat). Kesalahan garis bidik adalah kemungkinan terungkitnya garis bidik teropong ke arah atas atau bawah diakibatkan oleh keterbatasan pabrik membuat alat ini betul-betul presisi.

 Langkah-langkah dalam pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal :
1.      Siswa menerima peta dan batasbatas daerah pengukuran.
2.       Ketua tim menandai semua peralatan yang dibutuhkan serta mengambil peta dan batas-batas pengukuran di laboratorium. Lalu menyerahkannya pada laboran.
3.      Ketua tim memeriksa kelengkapan alat, lalu anggota tim membawanya ke lapangan.
4.      Survei ke daerah yang akan dipetakan pada jalur batas pemetaan.
5.       Menentukan lokasi-lokasi patok atau merencanakan lokasi-lokasi patok sehingga jumlah slag itu genap.
6.      Setelah selesai merencanakan lokasi-lokasi patok (menggunakan Cat) lalu menandainya di lapangan.
7.      Melakukan pengukuran kesalahan garis bidik. Hal ini dilakukan dengan cara mendirikan rambu diantara 2 titik (patok) dan dirikan statif serta alat sipat datar optis kira-kira di tengah antara 2 titik tersebut.
8.      Sebelum digunakan, alat sipat datar harus terlebih dahulu diatur sedemikian rupa sehingga garis bidiknya (sumbu II) sejajar dengan bidang nivo melalui upaya mengetengahkan gelembung nivo yang terdapat pada nivo kotak. Bidang nivo sendiri merupakan bidang equipotensial yaitu bidang yang mempunyai energi potensial yang sama.
9.      Sebelum pembacaan dilakukan adalah mengatur agar sumbu I (sumbu yang tegak lurus garis bidik) benar-benar tegak lurus dengan sumbu II melalui upaya mengetengahkan gelembung nivo tabung. Setelah sama, langkah selanjutnya kedua nivo yaitu nivo kotak dan nivo tabung diatur, barulah kita melakukan pembacaan rambu. Rambu yang dibaca harus benar-benar tegak lurus terhadap permukaan tanah.
10.  Ketengahkan gelembung nivo dengan prinsip perputaran 2 sekrup kaki kiap dan 1 sekrup kaki kiap. Setelah gelembung nivo di tengah, lalu memasang unting-unting.
11.  Untuk memperjelas benang diafragma dengan memutar sekrup pada teropong.
12.   Sedangkan untuk memperjelas objek rambu ukur dengan memutar sekrup fokus diatas teropong.
13.  Setelah itu, membaca benang atas, benang tengah, dan benang bawah rambu belakang. Kemudian membaca kembali benang atas, benang tengah, dan benang bawah rambu muka. Hasil pembacaan di tulis pada formulir yang telah disiapkan. Kemudian mengukur jarak dengan menggunakan pita ukur dari rambu belakang ke alat dan dari alat ke rambu belakang (hasilnya di rata-ratakan) serta mengukur juga jarak rambu muka ke alat dan dari alat ke rambu muka (hasilnya dirata-ratakan). Kemudian alat digeser sedikit (slag 2) lakukan hal yang sama sampai slag akhir pengukuran selesai.
14.  Setelah pengukuran selesai, lalu kembali ke laboratorium untuk mengembalikan alat.
15.  Setelah itu melakukan pengolahan data. Kesalahan sistematis berupa kesalahan garis bidik kita konversikan ke dalam pembacaan benang tengah mentah yang akan menghasilkan benang tengah setiap slag yang telah dikoreksi dan merupakan fungsi dari jarak muka atau belakang dikalikan dengan koreksi garis bidik.



11.  Penentuan beda tinggi antara dua titik
Penentuan beda tinggi anatara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat ukur penyipat datar, tergantung pada keadaan lapangan. Dengan menempatkan alat ukur penyipat datar di atas titik B. Tinggi a garis bidik (titik tengah teropong) di atas titik B diukur dengan mistar. Dengan gelembung ditengah–tengah, garis bidik diarahkan ke mistar yang diletakkan di atas titik lainnya, ialah titik A. Pembacaan pada mistar dimisalkan b, maka angka b ini menyatakan jarak angka b itu dengan alas mistar. Maka beda tinggi antara titik A dan titik B adalah t = b –a.  Alat ukur penyipat datar diletakkan antara titik A dan titik B, sedang di titik–titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak dari alat ukur penyipat datar ke kedua mistar ambillah kira–kira sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah perlu diletakkan digaris lurus yang menghubungkan dua titik A dan B. Arahkan garis bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke mistar A (belakang) dan ke mistar B (muka), dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut-turut ada b (belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka – angka pada rambu selalu menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti, bahwa beda tinggi antara titik–titik A dan B ada t = b – m. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A dan B, tidak pula di atas salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B sekarang adalah berrturutturut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah, bahwa beda tinggi t = b –a m.

12.  Kesalahan–kesalahan pada sipat datar
a. Kesalahan petugas.
 Disebabkan oleh observer.
 Disebabkan oleh rambu.

b. Kesalahan Instrumen.
 Disebabkan oleh petugas.
 Disebabkan oleh rambu
c. Kesalahan Alami.
 Disebabkan pengaruh sinar matahari langsung.
 Pengaruh refraksi cahaya.
 Pengaruh lengkung bumi.
 Pengaruh posisi instrument sifat datar dan ramburambu.


                       

Bila garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, maka hasil pembacaan tidak benar, dan akibatnya, beda tinggi tidak benar.
Mengatasi kesalahan garis bidik ada dua cara :
Dasar/ dihitung kemiringan garis bidik, dan selanjutnya dikoreksikan terhadap hasil ukuran. Eleminasi, yaitu dengan mengatur penempatan alat sehingga kesalahan tersebut hilang dengan sendirinya (tereliminir).
13.  Pengukuran Sipat Datar
Gambar 1.12. Pengukuran sipat datar
14.  Pengaruh kesalahan nol skala dan satu satuan skala mistar ukur
Akibat hal–hal tertentu artinya dasar/ ujung bawah mistar ukur bahwa mistar ukur dan tidak samanya satu satuan skala dari masing–masing mistar ukur yang di gunakan timbul hal – hal sebagai berikut :

σ = Kesalahan yang timbul akibat salah nol skala.
Δ = Kesaahan yangtimbul akibat satu–satuan skala.
Hasil ukuran :
Δh1 = (b1º + δº + Δº) – (m1º + δ¹ + Δ¹)
= (b1º + m1º) + (δº + Δº – δ¹ – Δ¹
Δh2 = (b2º + m2º) + (δºΔº + δ¹Î”¹
Δh1 + Δh2 = (b1º + m1º) + (b2º + m2º)
ΣΔh = Σbº - Σmº
Dari hal-hal diatas dapat dilihat bahwa, akibat dari dua kesalahan yang timbul, hasil ukuran menjadi tidak benar, tetapi dalam hal ini dapat di eliminasi dua cara :
Di jumlah slag genap.
Pengaturan perpindahan mistar ukur.

Bila pada slag sebelumnya mistar ukur merupakan mistar belakang, slag selanjutnya harus menjadi mistar muka dan sebaliknya.
a.    Kesalahan Acak
Adalah suatu kesalahan yang objektif yang mungkin terjadi akibat keterbatasan panca indera manusia. Keterbatasan itu dapat berupa kekeliruan, kurang hati-hati, kelalaian, ketidak mengertian pada alat, atau belum menguasai sepenuhnya alat.
Dalam mempersiapkan dan merencanakan pekerjaan pengukuran, seorang pengukur harus diperhatikan hal–hal sebagai berikut :
·         Menggunakan metode yang berbeda,
·         Mengupayakan rute pengukuran yang berbeda.

Kesalahan lebih mudah dikoreksi dengan pendekatan ilmu statistik. Pada fenomena pengukuran dan pemetaan suatu syarat geometrik menjadi kontrol. Kesalahan ini bersifat subjektif yang mungkin terjadi akibat keterbatasan panca indra manusia.
Kesalahan acak relatif lebih mudah dieleminir atau dikoreksi dengan pendekatan-pendekatan ilmu statistik. Pada fenomena pengukuran dan pemetaan suatu syarat geometrik menjadi kontrol dan pengikat data yang tercakup pada titik-titik kontrol pengukuran.

b.      Kesalahan Besar
Kesalahan besar dapat terjadi apabila operator atau surveyor melakukan kesalahan yang seharusnya tidak terjadi akibat kesalahan pembacaan dan penulisan nilai yang diambil dari data pengukuran. Dengan demikian, jika terjadi kesalahan yang besar maka pengukuran harus diulang dengan rute yang berbeda.

c.       Koreksi kesalahan
Seluruh pengukuran untuk kepentingan dari pemetaan maupun aplikasi lain, pada dasarnya memperhatikan kesalahan sistematis dan acak yang sering terjadi. Khusus untuk pengukuran kerangka dasar horizontal, koreksi kesalahan sistemtik dan acak mutlak dilakukan. Maka dari itu, kita mengenal adnya rumus KGB (koreksi kesalahan garis bidik)


d.      Kesalahan pengukuran sifat datar Kesalahan pengukuran sipat datar dapat dikelompokan dalam :
1. Kesalahan pengukur
Kesalahan pengukur mempunyai panca indra (mata) tidak sempurna dan pengukur kurang hati-hati, lalai, tidak paham menggunakan alat ukur, dan tidak paham menggunakan pembacaan rambu.
2. Kesalahan alat ukur
Kesalahan yang diakibatkan oleh alat ukur antara lain : Dijelaskan dalam gambar 1.1.
a.    Garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo. Sehingga mengakibatkan kesalahan pembacaan pada rambu. Apabila garis jurusan nivo mendatar garis bidik tidak mendatar. Alat sipat datar demikian dikatakan mempunyai kesalahan garis bidik.
Besar pengaruh kesalahan garis bidik terhadap hasil beda tingi adalah :
Δh = tan α (Db-Dm) = α (Db Dm)….(1)
dimana :
Δh = kesalahan pada ukuran beda tinggi
Db = jarak kerambu belakang
Dm = jarak kerambu muka
α = kesalahan garis bidik

b.    Bila rambu baik maka garis nol skala rambu harus berhimpit dengan alas rambu. Karena kesalahan pembuatan garis nol dapat terletak diatas alas rambu. Karena seringnya rambu dipakai maka ada kemungkinan alas rambu menjadi aus. Ini berarti bahwa angka skala nol terletak di bawah alas rambu. Beda tinggi yang didapat dari pembacaanpembacaan yang salah karena adanya kesalahan garis nol skala rambu akan betul, apabila jumlah seksi antara dua titik dibuat genap dan pemindahan rambu ukur selama pengukuran harus selang seling,
c.    Untuk menegakan rambu ukur digunakan nivo kotak yang diletakan pada rambu. Apabila gelembung nivo ditempatkan ditengah, rambu harus tegak. Akan tetapi bila gelembung nivo sudah ditengah tetapi rambu miring, dikatakan terdapat kesalahan nivo kotak karena salah mengaturnya.
d.    Kesalahan pembagian skala rambu. Seharusnya pembagian skala rambu adalah sama. Apabila ada interval yang tidak sama sekali terlalu besar sekali lagi terlalu kecil maka dikatakan bahwa rambu mempunyai kesalahan pembagian skala. Kesalahan ini tidak dapat dihilangkan. Oleh sebab itu gunakan rambu dengan baik.
e.    Kesalahan panjang rambu. Seharusnya panjang rambu yang digunakan adalah standard, maka jika angka rambu mulai dari 0 – 3m panjang rambu harus tepat 3m.
Bila ΔLb dan ΔLm adalah kesalahan panjang rambu belakang dan muka Lb dan Lm panjang rambu belakang dan muka a dan b adalah pembacaan pada rambu belakang dan muka yang mempunyai kesalahan maka beda tinggi yang betul adalah :

3. Kesalahan karena faktor alam
a.       Karena lengkungan permukaan bumi. Pada umumnya bidangbidang nivo karena pula dan beda tinggi antara dua tititk adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui dua titik itu.
b.      Karena melengkungnya sinar cahaya (refraksi). Sinar cahaya yang datang dari benda yang di teropong harus melalui lapisan-lapisan udarayang tidak sama padatnya, karena suhu dan tekannya tidak sama.
c.       Karena getaran udara . Karena adanya pemindahan hawa panas dari permukaan bumi keatas, maka bayangan dari mistar yang di lihat dengan teropong akan bergetar sehingga pembacan ada mistar tidak dapar di lakukan.
d.      Karena masuknya lagi kaki tiga dan mistar kedalam tanah. Bila dalam waktu antara pengukuran satu mistar dengan mistar lainya baik kaki tiga maupun mistar kedua masuk lagi kedalam tanah maka pembacan pada mistar kedua akan salah bila di gunakan untuk mencari beda tinggi antara dua titik yang di tempati oleh mistar-mistar itu.
e.       Karena perubahan garis arah nivo, karena alat ukur penyipat datar kena napas sinar matahari maka akan terjadi tegangan pada bagianbagian alat ukur, terutama pada bagian penting seperti nivo.

15.  Kesalahan pada ukuran
Disini akan dibicarakan sedikit mengenai kesalahan pada sudut dan kesalahan pada jarak :
a.Kesalahan sudut
Sudut yang diukur merupakan suatu data untuk perhitungan poligon dan dengan sendirinya pula ketelitian poligon sebagaian tergantung dari pada pengukuran sudutnya dengan demikian salah satu cara untuk meninggikan ketelitian poligon pengukuran sudut harus diukur dengan teliti.
Yang mempengaruhi sudut serta pengukuran :
-    Sudut diukur pada satu titik, kedua titik sebelum dan sesudah titik sudut tersebut. Penempatan alat pada titik sudut haruslah tepat kalau tidak demikian maka akan terdapat kesalahan sudut. Untuk membantu dalam sentrering alat–alat pengukur sudut yang baru dilengkapi dengan alat sentering optis. Karena sentrering yang menggunakan unting–unting sangat menyusahkan dilapangan karena unting–unting sangat mudah bergoyang bila tertiup angin. Selain titik sudut, yang penting lainnya adalah titik–titik arah
a. Kesalahan jarak
Kesalahan jarak yang sering dilakukan ialah disebabkan para pengukur jarak merentangkan pita ukurnya kurang tegang, sehingga terdapat kesalahan pengukuran jarak. Satu hal yang sangat penting dan yang kadang – kadang dilupakan orang ialah mengecek alat pengukur jarak. Karena bila tidak demikian akan terdapat kesalahan sistematik.


16.  Mencari kesalahan–kesalahan besar pada jarak
Yang dimaksud dengan kesalahan besar disini ialah kesalahan sudut atau kesalahan jarak yang biasanya disebabkan oleh karena kekeliruan, baik karena kekeliruan membaca maupun menulis. Kesalahan besar dalam ukuran sudut suatu poligon sudah dapat terlihat pada salah penutup yang terlalu besar. Kesalahan besar dalam ukuran jarak suatu poligon terlihat pada salah penutup koordinat yang jauh lebih besar dari toleransi.

17.  Mencari kesalahan besar pada sudut
Kemungkinan kesalahan besar pada sudut terbagi 2 macam cara :
1.  Kesalahan besar sudut, dapat ditemukan bila poligon itu dihitung atau digambar secara grafis muka dan belakang. Perpotongan kedua poligon itu menunjukkan titik poligon dimana terdapat kesalahan besar.
2.  Kesalahan besar sudut, dapat dicari tempatnya dengan tidak perlu menghitung atau menggambar poligon tetapi cukup menghitung satu kali.





Bab II
METODE PENGUKURAN POLIGON


Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering digunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,

1. Koordinat awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya : titik triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainya.
2. Koordinat akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.
3. Azimuth awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
a.       Hasil hitungan dari koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
b.      Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).




4. Data ukuran sudut dan jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu diukur di lapangan.






Gambar 2.1.  Pengukuran Poligon

Data ukuran tersebut, harus bebas dari sistematis yang terdapat (ada alat ukur) sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa di tiadakan.

Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
Poligon berdasarkan visualnya :

                     

Gambar  2.2.  poligon tertutup

                                        






Gambar  2.3.  P0ligon  terbuka




Gambar 2.4. poligon bercabang






 


Poligon berdasarkan geometriknya :
a. poligon terikat sempurna
b. poligon terikat sebagian
c. poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak (poligon).
Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pada bangunan karena memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di tinjau dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya.
Cara pengukuran polygon merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas sekitar (20 km x 20 km).
Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik–titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem koordinat yang diinginkan dan kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.
















2 komentar:


  1. SITUS DOMINOQQ DEPOSIT PULSA TANPA POTONGAN TERPECAYA SE-ASIA S1288POKER


    DAFTAR SLOT GAMES FREESPIN TERPECAYA DAN RESMI S128CASH


    MASIH BANYAK PERMAINAN CASINO LIVE POKER CEME SABONG AYAM DAN PERMAINAN LAIN SERUNYA !! TENTUNYA EVENT BONUS PROMO SETIAP BULAN NYA YANG MANTAPPP ^^
    CS 24jam Online
    JANGAN SAMPAI KEHABISAN FREECHIPSNYA !!

    SEHAT SELALU UNTUK KITA SEMUA ...ALWAYS THANKFULL AND GRATEFULL ^^

    BalasHapus
  2. Titanium Price Per ounce | Tioga Star Crafts
    Tioga Star Crafts are proud to microtouch solo titanium offer Tioga Star does titanium have nickel in it Crafts at Tioga Star Crafts for you! TINY STAR CHIPPERS. titanium sheets TINY STIPPERS AT Tioga everquest: titanium edition Star titanium aura quartz Crafts.

    BalasHapus