Kata pengantar
Dengan
mengucapkan Alhamdulillah puji sukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena
limpahan nikmat, rahmat, taufiq serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
pembuatan laporan praktikum Ukur Wilayah dan Foto Udara, dengan lancar tidak
ada halangan suatu apapun.
Adapun
maksud dan tujuan pembuatan laporan praktikum ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ukur Wilayah dan Foto Udara agar dapat menambah pengetahuan
tentang pengukuran tanah.
Penulis
dalam penyusunan makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan kesalahan
sehingga kritik dan saran dari pembaca penulis sangat harapkan dalam
penyempurnaan laporan ini maupun penyusunan laporan mendatang.
Akhirnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunya makalah ini, semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan petunjuk
bagi kita semua.
Penyusun
|
Bab I
PENGUKURAN SIPAT DATAR
KERANGKA DASAR VERTIKAL
1.
Tujuan
dan sasaran pengukuran sipat datar Kerangka dasar vertikal
Titiktitik yang ditentukan adalah berguna pada kompliming
peta atau untuk menentukan garis-garis atau jalur-jalur dan
kemiringan-kemiringan konstruksi pada. Pengukuran-pengukuran ini dilakukan pada
daerah yang relatife sempit, dimana tidak perlu dilibatkan adanya faktor
kelengkungan bumi diperhitungkan.
Sebagaimana diketahui bahwa permukaan bumi tidak
tentu, artinya tidak mempunyai pemukaan yang sama tinggi, maka tinggi titik
kedua dapat dihitung, apabila titik pertama telah diketahui tingginya. Tinggi
titik pertama (h1) dapat di definisikan, sebagai koordinat lokal ataupun
terikat dengan titik yang lain yang telah diketahui tingginya, Sedangkan beda
tinggi (h) dapat diketahui/diukur dengan menggunakan prinsip sipat datar.
Pengukuran menggunakan sipat datar optis adalah pengukuran tinggi
garis bidik alat di lapangan melalui rambu ukur. Rambu ukur berjumlah 2 buah
masing-masing didirikan di atas dua patok/titik yang merupakan jalur
pengukuran.
Referensi informasi ketinggian diperoleh melalui
suatu pengamatan di tepi pantai yang dikenal dengan nama pengamatan Pasut.
Pengamatan pasut dilakukan menggunakan alat-alat sederhana yang bekerja secara
mekanis, manual dan elektronis. Tinggi permukaan air laut direkam pada interval
waktu tertentu dengan bantuan pelampung baik dalam kondisi air laut pasang
maupun surut. Pengamatan permukaan air laut pada interval tertentu diolah
sehingga diperoleh informasi mengenai tinggi muka air laut rata-rata atau
dikenal dengan istilah Mean Sea Level (MSL). MSL ini berdimensi meter dan
merupakan referensi ketinggian bagi titik-titik lain di darat.
Gambar 1.1. Proses pengukuran
Gambar 1.2. Arah pengukuran
2. Peralatan, Bahan dan Formulir Pengukuran Sipat
Datar Kerangka Dasar Vertikal
Peralatan yang digunakan :
1. Alat
sipat datar optis
Pada
dasarnya alat sipat datar terdiri dari bagian utama sebagai berikut :
a.
Teropong
berfungsi untuk membidik rambu (menggunakan garis bidik) dan memperbesar
bayangan rambu.
b.
Nivo
tabung diletakan pada teropong berfungsi mengatur agar garis bidik mendatar.
Terdiri dari kotak gelas yang diisi alkohol. Bagian kecil kotak tidak berisi
zat cair sehingga kelihatan ada gelembung. Nivo akan terletak tegak lurus pada
garis tengah vertikal bidang singgung di titik tengah bidang lengkung atas
dalam nivo mendatar.
c.
Kiap (leveling
head/base plate), terdapat sekrup-sekrup kiap (umumnya tiga buah) dan nivo
kotak (nivo tabung) yang semuanya digunakan untuk menegakkan sumbu kesatu
(sumbu tegak) teropong.
d.
Sekrup
pengunci (untuk mengunci gerakan teropong kekanan/ kiri).
e.
Lensa
okuler (untuk memperjelas benang).
f.
Lensa
objektif/ diafragma (untuk memperjelas benda/ objek).
g.
Sekrup
penggerak halus (untuk membidik sasaran).
h.
Vizir
(untuk mencari/ membidik kasar objek).
i.
Statif
(tripod) berfungsi untuk menyangga ketiga bagian tersebut di atas.
Gambar 1.3. Alat sifat datar
2. Rambu
ukur 2 buah
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran
alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya ± 4 cm, panjang antara
3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan
milimeter
Gambar 1.4. Rambu ukur.
|
Gambar 1.5. Cara
menggunakan rambu ukur di lapangan
|
3. Statif
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk
menstabilkan alat seperti Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama
panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya. Statif saat didirikan harus rata
karena jika tidak rata dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran.
Gambar 1.6. Statif
4.
Unting-Unting
Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan yang
berbentuk kerucut dengan ujung bawah lancip dan di ujung atas digantungkan pada
seutas tali. Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik pada pita
ukur di permukaan tanah atau sebaliknya.
Gambar 1.7.
Unting-unting
5.
Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk memberi tanda
batas jalon, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu
lain. Patok biasanya ditanam didalam tanah dan yang menonjol antara 5 cm - 10
cm, dengan maksud agar tidak lepas dan tidak mudah dicabut. Patok terbuat dari
dua macam bahan yaitu kayu dan besi atau beton.
Patok Kayu Patok kayu yang terbuat dari kayu,
berpenampang bujur sangkar dengan ukuran ± 50mm x 50mm, dan bagian atasnya
diberi cat.
Patok Beton atau Besi Patok yang terbuat dari beton
atau besi biasanya merupakan patok tetap yang akan masih dipakai diwaktu lain.
Gambar 1.8. patok besi
6.
Pita
ukur (meteran)
Pita ukur linen bisa berlapis plastik atau tidak, dan
kadang-kadang diperkuat dengan benang serat. Pita ini tersedia dalam ukuran
panjang 10m, 15m, 20m, 25m atau 30m. Kelebihan dari alat ini bisa digulung dan
ditarik kembali, dan kekurangannya adalah kalau ditarik akan memanjang, lekas
rusak dan mudah putus, tidak tahan air.
Gambar 1.9.
Pita ukur
7.
Payung
Payung ini digunakan atau memiliki fungsi sebagai
pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur itu sendiri. Karena bila alat
ukur sering kepanasan atau kehujanan, lambat laun alat tersebut pasti mudah
rusak (seperti ; jamuran, dll).
8.
Bahan
Yang Digunakan :
1. Peta wilayah study Peta digunakan agar mengetahui di
daerah mana akan melakukan pengukuran
2. Cat dan kuas Alat ini murah dan sederhana akan tetapi
peranannya sangat penting sekali ketika di lapangan, yaitu digunakan untuk
menandai dimana kita mengukur dan dimana pula kita meletakan rambu ukur. Tanda
ini tidak boleh hilang sebelum perhitungan selesai karena akan mempengaruhi
perhitungan dalam pengukuran.
3. Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil
pengkuran di lapangan.
9.
Formulir
Pengukuran
Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi
di lapangan dan hasil perhitungan-perhitungan/pengukuran di lapangan
(terlampir). Pengukuran harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan sebelumnya.
10. Prosedur pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal
Ketentuan-ketentuan pengukuran Kerangka Dasar Vertikal adalah sebagai
berikut :
a. Pengukuran dilakukan dengan cara sipat datar.
b. Panjang satu slag pengukuran.
c. Pengukuran antara dua titik, sekurangkurangnya diukur 2 kali (pergi
dan pulang).
d. Perbedaan hasil ukuran pergi dan pulang tidak
melebihi angka toleransi yang ditetapkan. Khusus mengenai angka toleransi
pengukuran sipat datar, dapat dijelaskan sebagai berikut :
T
= ± K VD
dimana
:
T = Toleransi dalam satuan milimeter
K = konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian
pengukuran dalam satuan milimeter
D =
Jarak antara dua titik yang diukur dalam satuan kilometer Berikut ini
diberikan contoh harga K untuk bermacam tingkat pengukuran sipat datar :
Tabel
1.1. Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar
Contoh :
Dari A ke B sejauh 2 km, harus diukur dengan
ketelitian tingkat III. Ini berarti perbedaan ukuran beda tinggi pergi dan
pulang tidak boleh melebihi 8 V 2 = 11 mm. Apabila beda tinggi ukuran pergi dan
pulang ≤ 11 mm,
ukuran tersebut diterima sebagai ukuran tingkat III, Bila > 11 mm ukuran
harus diulangi. Dari pengalaman menunjukkan bahwa titik-titik kerangka dasar
vertikal yang akan digunakan harus diukur lebih teliti. Pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal harus diawali dengan mengidentifikasi kesalahan
sistematis dalam hal ini kesalahan garis bidik alat sipat datar optis melalui
suatu pengukuran sipat datar dalam posisi 2 stand (2 kali berdiri alat). Kesalahan garis bidik adalah kemungkinan terungkitnya garis bidik
teropong ke arah atas atau bawah diakibatkan oleh keterbatasan pabrik membuat
alat ini betul-betul presisi.
Langkah-langkah dalam pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal :
1.
Siswa
menerima peta dan batasbatas daerah pengukuran.
2.
Ketua tim menandai semua peralatan yang
dibutuhkan serta mengambil peta dan batas-batas pengukuran di laboratorium.
Lalu menyerahkannya pada laboran.
3.
Ketua
tim memeriksa kelengkapan alat, lalu anggota tim membawanya ke lapangan.
4.
Survei
ke daerah yang akan dipetakan pada jalur batas pemetaan.
5.
Menentukan lokasi-lokasi patok atau
merencanakan lokasi-lokasi patok sehingga jumlah slag itu genap.
6.
Setelah
selesai merencanakan lokasi-lokasi patok (menggunakan Cat) lalu menandainya di
lapangan.
7.
Melakukan
pengukuran kesalahan garis bidik. Hal ini dilakukan dengan cara mendirikan
rambu diantara 2 titik (patok) dan dirikan statif serta alat sipat datar optis
kira-kira di tengah antara 2 titik tersebut.
8.
Sebelum
digunakan, alat sipat datar harus terlebih dahulu diatur sedemikian rupa
sehingga garis bidiknya (sumbu II) sejajar dengan bidang nivo melalui upaya
mengetengahkan gelembung nivo yang terdapat pada nivo kotak. Bidang nivo
sendiri merupakan bidang equipotensial yaitu bidang yang mempunyai energi
potensial yang sama.
9.
Sebelum
pembacaan dilakukan adalah mengatur agar sumbu I (sumbu yang tegak lurus garis
bidik) benar-benar tegak lurus dengan sumbu II melalui upaya mengetengahkan
gelembung nivo tabung. Setelah sama, langkah selanjutnya kedua nivo yaitu nivo
kotak dan nivo tabung diatur, barulah kita melakukan pembacaan rambu. Rambu
yang dibaca harus benar-benar tegak lurus terhadap permukaan tanah.
10. Ketengahkan gelembung nivo dengan prinsip perputaran
2 sekrup kaki kiap dan 1 sekrup kaki kiap. Setelah gelembung nivo di tengah,
lalu memasang unting-unting.
11. Untuk memperjelas benang diafragma dengan memutar sekrup pada
teropong.
12. Sedangkan
untuk memperjelas objek rambu ukur dengan memutar sekrup fokus diatas teropong.
13. Setelah itu, membaca benang atas, benang tengah, dan
benang bawah rambu belakang. Kemudian membaca kembali benang atas, benang
tengah, dan benang bawah rambu muka. Hasil pembacaan di tulis pada formulir
yang telah disiapkan. Kemudian mengukur jarak dengan menggunakan pita ukur dari
rambu belakang ke alat dan dari alat ke rambu belakang (hasilnya di
rata-ratakan) serta mengukur juga jarak rambu muka ke alat dan dari alat ke
rambu muka (hasilnya dirata-ratakan). Kemudian alat digeser sedikit (slag 2)
lakukan hal yang sama sampai slag akhir pengukuran selesai.
14. Setelah pengukuran selesai, lalu kembali ke
laboratorium untuk mengembalikan alat.
15. Setelah itu melakukan pengolahan data. Kesalahan sistematis berupa
kesalahan garis bidik kita konversikan ke dalam pembacaan benang tengah mentah
yang akan menghasilkan benang tengah setiap slag yang telah dikoreksi dan
merupakan fungsi dari jarak muka atau belakang dikalikan dengan koreksi garis
bidik.
11. Penentuan beda tinggi antara dua titik
Penentuan beda tinggi anatara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara penempatan alat ukur penyipat datar, tergantung pada
keadaan lapangan. Dengan menempatkan alat ukur penyipat datar di atas titik B.
Tinggi a garis bidik (titik tengah teropong) di atas titik B diukur dengan
mistar. Dengan gelembung ditengah–tengah, garis bidik diarahkan ke mistar yang
diletakkan di atas titik lainnya, ialah titik A. Pembacaan pada mistar
dimisalkan b, maka angka b ini menyatakan jarak angka b itu dengan alas mistar.
Maka beda tinggi antara titik A dan titik B adalah t = b –a. Alat ukur penyipat datar diletakkan antara
titik A dan titik B, sedang di titik–titik A dan B ditempatkan dua mistar.
Jarak dari alat ukur penyipat datar ke kedua mistar ambillah kira–kira sama,
sedang alat ukur penyipat datar tidaklah perlu diletakkan digaris lurus yang
menghubungkan dua titik A dan B. Arahkan garis
bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke mistar A (belakang) dan ke mistar B
(muka), dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut-turut ada b (belakang)
dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa
angka – angka pada rambu selalu menyatakan jarak antara angka dan alas mistar,
maka dengan mudahlah dapat dimengerti, bahwa beda tinggi antara titik–titik A
dan B ada t = b – m. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik
A dan B, tidak pula di atas salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah
kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi diluar garis AB. Pembacaan yang
dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B sekarang adalah
berrturutturut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah, bahwa beda
tinggi t = b –a m.
12. Kesalahan–kesalahan pada sipat datar
a. Kesalahan petugas.
Disebabkan oleh observer.
Disebabkan oleh rambu.
b.
Kesalahan Instrumen.
Disebabkan
oleh petugas.
Disebabkan oleh rambu
c.
Kesalahan Alami.
Disebabkan pengaruh sinar matahari langsung.
Pengaruh refraksi cahaya.
Pengaruh lengkung bumi.
Pengaruh
posisi instrument sifat datar dan ramburambu.
Bila garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, maka
hasil pembacaan tidak benar, dan akibatnya, beda tinggi tidak benar.
Mengatasi
kesalahan garis bidik ada dua cara :
Dasar/
dihitung kemiringan garis bidik, dan selanjutnya dikoreksikan terhadap hasil
ukuran. Eleminasi, yaitu dengan mengatur penempatan alat sehingga kesalahan
tersebut hilang dengan sendirinya (tereliminir).
13. Pengukuran Sipat Datar
Gambar
1.12. Pengukuran sipat datar
14. Pengaruh kesalahan nol skala dan satu satuan skala
mistar ukur
Akibat hal–hal tertentu artinya dasar/ ujung
bawah mistar ukur bahwa mistar ukur dan tidak samanya satu satuan skala dari
masing–masing mistar ukur yang di gunakan timbul hal – hal sebagai berikut :
σ = Kesalahan yang timbul akibat salah nol skala.
Δ = Kesaahan yangtimbul akibat satu–satuan skala.
Hasil ukuran :
Δh1 = (b1º + δº + Δº) – (m1º + δ¹ + Δ¹)
= (b1º + m1º) + (δº + Δº – δ¹ – Δ¹
Δh2 = (b2º + m2º) + (δºΔº + δ¹Î”¹
Δh1 + Δh2 = (b1º + m1º) + (b2º + m2º)
ΣΔh = Σbº - Σmº
Dari hal-hal diatas dapat dilihat bahwa, akibat dari
dua kesalahan yang timbul, hasil ukuran menjadi tidak benar, tetapi dalam hal
ini dapat di eliminasi dua cara :
Di
jumlah slag genap.
Pengaturan perpindahan mistar ukur.
Bila
pada slag sebelumnya mistar ukur merupakan mistar belakang, slag selanjutnya
harus menjadi mistar muka dan sebaliknya.
a. Kesalahan Acak
Adalah suatu kesalahan yang objektif yang mungkin
terjadi akibat keterbatasan panca indera manusia. Keterbatasan itu dapat berupa
kekeliruan, kurang hati-hati, kelalaian, ketidak mengertian pada alat, atau
belum menguasai sepenuhnya alat.
Dalam mempersiapkan dan merencanakan pekerjaan
pengukuran, seorang pengukur harus diperhatikan hal–hal sebagai berikut :
·
Menggunakan
metode yang berbeda,
·
Mengupayakan
rute pengukuran yang berbeda.
Kesalahan lebih mudah dikoreksi dengan pendekatan
ilmu statistik. Pada fenomena pengukuran dan pemetaan suatu syarat geometrik
menjadi kontrol. Kesalahan ini bersifat subjektif yang mungkin terjadi akibat
keterbatasan panca indra manusia.
Kesalahan acak relatif lebih mudah dieleminir
atau dikoreksi dengan pendekatan-pendekatan ilmu statistik. Pada fenomena
pengukuran dan pemetaan suatu syarat geometrik menjadi kontrol dan pengikat
data yang tercakup pada titik-titik kontrol pengukuran.
b. Kesalahan Besar
Kesalahan besar dapat terjadi apabila operator atau
surveyor melakukan kesalahan yang seharusnya tidak terjadi akibat kesalahan
pembacaan dan penulisan nilai yang diambil dari data pengukuran. Dengan
demikian, jika terjadi kesalahan yang besar maka pengukuran harus diulang
dengan rute yang berbeda.
c. Koreksi kesalahan
Seluruh pengukuran untuk kepentingan dari
pemetaan maupun aplikasi lain, pada dasarnya memperhatikan kesalahan sistematis
dan acak yang sering terjadi. Khusus untuk pengukuran kerangka dasar
horizontal, koreksi kesalahan sistemtik dan acak mutlak dilakukan. Maka dari
itu, kita mengenal adnya rumus KGB (koreksi kesalahan garis bidik)
d. Kesalahan pengukuran sifat datar Kesalahan pengukuran
sipat datar dapat dikelompokan dalam :
1. Kesalahan pengukur
Kesalahan pengukur mempunyai panca indra (mata) tidak
sempurna dan pengukur kurang hati-hati, lalai, tidak paham menggunakan alat
ukur, dan tidak paham menggunakan pembacaan rambu.
2. Kesalahan alat ukur
Kesalahan yang diakibatkan oleh alat ukur antara lain
: Dijelaskan dalam gambar 1.1.
a. Garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo.
Sehingga mengakibatkan kesalahan pembacaan pada rambu. Apabila garis jurusan
nivo mendatar garis bidik tidak mendatar. Alat sipat datar demikian dikatakan
mempunyai kesalahan garis bidik.
Besar pengaruh kesalahan garis bidik terhadap hasil
beda tingi adalah :
Δh = tan α (Db-Dm) = α (Db Dm)….(1)
dimana :
Δh = kesalahan pada ukuran beda tinggi
Db = jarak kerambu belakang
Dm = jarak kerambu muka
α = kesalahan garis bidik
b. Bila rambu baik maka garis nol skala rambu harus
berhimpit dengan alas rambu. Karena kesalahan pembuatan garis nol dapat
terletak diatas alas rambu. Karena seringnya
rambu dipakai maka ada kemungkinan alas rambu menjadi aus. Ini berarti bahwa
angka skala nol terletak di bawah alas rambu. Beda tinggi yang didapat dari
pembacaanpembacaan yang salah karena adanya kesalahan garis nol skala rambu
akan betul, apabila jumlah seksi antara dua titik dibuat genap dan pemindahan
rambu ukur selama pengukuran harus selang seling,
c. Untuk menegakan rambu ukur digunakan nivo kotak yang diletakan pada
rambu. Apabila gelembung nivo ditempatkan ditengah, rambu harus tegak. Akan
tetapi bila gelembung nivo sudah ditengah tetapi rambu miring, dikatakan
terdapat kesalahan nivo kotak karena salah mengaturnya.
d. Kesalahan pembagian skala rambu. Seharusnya pembagian skala rambu
adalah sama. Apabila ada interval yang tidak sama sekali terlalu besar sekali
lagi terlalu kecil maka dikatakan bahwa rambu mempunyai kesalahan pembagian
skala. Kesalahan ini tidak dapat dihilangkan. Oleh sebab itu gunakan rambu
dengan baik.
e. Kesalahan panjang rambu. Seharusnya panjang rambu
yang digunakan adalah standard, maka jika angka rambu mulai dari 0 – 3m panjang
rambu harus tepat 3m.
Bila ΔLb dan ΔLm adalah
kesalahan panjang rambu belakang dan muka Lb dan Lm panjang rambu belakang dan
muka a dan b adalah pembacaan pada rambu belakang dan muka yang mempunyai
kesalahan maka beda tinggi yang betul adalah :
3. Kesalahan karena faktor alam
a. Karena lengkungan permukaan bumi. Pada umumnya
bidangbidang nivo karena pula dan beda tinggi antara dua tititk adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui dua titik itu.
b. Karena melengkungnya sinar cahaya (refraksi). Sinar
cahaya yang datang dari benda yang di teropong harus melalui lapisan-lapisan
udarayang tidak sama padatnya, karena suhu dan tekannya tidak sama.
c. Karena getaran udara . Karena adanya pemindahan hawa
panas dari permukaan bumi keatas, maka bayangan dari mistar yang di lihat
dengan teropong akan bergetar sehingga pembacan ada mistar tidak dapar di
lakukan.
d. Karena masuknya lagi kaki tiga dan mistar kedalam
tanah. Bila dalam waktu antara pengukuran satu mistar dengan mistar lainya baik
kaki tiga maupun mistar kedua masuk lagi kedalam tanah maka pembacan pada
mistar kedua akan salah bila di gunakan untuk mencari beda tinggi antara dua
titik yang di tempati oleh mistar-mistar itu.
e. Karena perubahan garis arah nivo, karena alat ukur
penyipat datar kena napas sinar matahari maka akan terjadi tegangan pada
bagianbagian alat ukur, terutama pada bagian penting seperti nivo.
15. Kesalahan pada ukuran
Disini akan dibicarakan sedikit mengenai kesalahan
pada sudut dan kesalahan pada jarak :
a.Kesalahan sudut
Sudut yang diukur merupakan
suatu data untuk perhitungan poligon dan dengan sendirinya pula ketelitian
poligon sebagaian tergantung dari pada pengukuran sudutnya dengan demikian
salah satu cara untuk meninggikan ketelitian poligon pengukuran sudut harus
diukur dengan teliti.
Yang mempengaruhi sudut serta pengukuran :
- Sudut diukur pada satu titik, kedua titik
sebelum dan sesudah titik sudut tersebut. Penempatan alat pada titik sudut
haruslah tepat kalau tidak demikian maka akan terdapat kesalahan sudut. Untuk
membantu dalam sentrering alat–alat pengukur sudut yang baru dilengkapi dengan
alat sentering optis. Karena sentrering yang menggunakan unting–unting sangat
menyusahkan dilapangan karena unting–unting sangat mudah bergoyang bila tertiup
angin. Selain titik sudut, yang penting lainnya adalah titik–titik arah
a. Kesalahan jarak
Kesalahan jarak yang sering
dilakukan ialah disebabkan para pengukur jarak merentangkan pita ukurnya kurang
tegang, sehingga terdapat kesalahan pengukuran jarak. Satu hal yang sangat
penting dan yang kadang – kadang dilupakan orang ialah mengecek alat pengukur
jarak. Karena bila tidak demikian akan terdapat kesalahan sistematik.
16. Mencari kesalahan–kesalahan besar pada jarak
Yang dimaksud dengan kesalahan besar disini
ialah kesalahan sudut atau kesalahan jarak yang biasanya disebabkan oleh karena
kekeliruan, baik karena kekeliruan membaca maupun menulis. Kesalahan besar
dalam ukuran sudut suatu poligon sudah dapat terlihat pada salah penutup yang
terlalu besar. Kesalahan besar dalam ukuran jarak suatu poligon terlihat pada
salah penutup koordinat yang jauh lebih besar dari toleransi.
17. Mencari kesalahan besar pada sudut
Kemungkinan kesalahan besar pada sudut terbagi 2
macam cara :
1. Kesalahan besar sudut, dapat ditemukan bila poligon itu dihitung atau
digambar secara grafis muka dan belakang. Perpotongan kedua poligon itu
menunjukkan titik poligon dimana terdapat kesalahan besar.
2. Kesalahan
besar sudut, dapat dicari tempatnya dengan
tidak perlu menghitung atau menggambar poligon tetapi cukup menghitung satu
kali.
Bab
II
METODE PENGUKURAN POLIGON
Poligon digunakan apabila
titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga
membentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan
salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran
poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara
beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak
terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering digunakan,
karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan
daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
1.
Koordinat awal
Bila
diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih
koordinat titik yang sudah diketahui misalnya : titik triangulasi atau
titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan
dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM
kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai
acuan untuk titik-titik lainya.
2.
Koordinat akhir
Koordinat
titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan koordinat dan
tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan
koordinat awal.
3.
Azimuth awal
Azimuth
awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari system
koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara
yaitu sebagai berikut :
a. Hasil
hitungan dari koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan dipakai
sebagai tititk acuan system koordinatnya.
b. Hasil
pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya
dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran
sudut mendatar (azimuth matahari).
4.
Data ukuran sudut dan jarak
Sudut
mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu diukur di
lapangan.
Gambar
2.1. Pengukuran Poligon
Data ukuran tersebut, harus bebas dari
sistematis yang terdapat (ada alat ukur) sedangkan salah sistematis dari orang
atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa di
tiadakan.
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam
dua bagian, yaitu :
Poligon berdasarkan visualnya :
Gambar
2.2. poligon tertutup
Gambar
2.3. P0ligon terbuka
Gambar 2.4. poligon bercabang
Poligon berdasarkan geometriknya :
a. poligon terikat sempurna
b. poligon terikat sebagian
c. poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau
sudut-sudut luar serta jarak jarak mendatar antara titik-titik poligon
diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat pengukur jarak yang
mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan
dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak
(poligon).
Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik
di lakukan pada bangunan karena memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang
pada prinsipnya cukup di tinjau dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya.
Cara pengukuran polygon merupakan cara yang umum
dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak
terlalu luas sekitar (20 km x 20 km).
Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk
menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik–titik
rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem koordinat yang diinginkan
dan kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan
dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian umum
dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan
pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi
pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan
jarak selang penempatan titik.
BalasHapusSITUS DOMINOQQ DEPOSIT PULSA TANPA POTONGAN TERPECAYA SE-ASIA S1288POKER
DAFTAR SLOT GAMES FREESPIN TERPECAYA DAN RESMI S128CASH
MASIH BANYAK PERMAINAN CASINO LIVE POKER CEME SABONG AYAM DAN PERMAINAN LAIN SERUNYA !! TENTUNYA EVENT BONUS PROMO SETIAP BULAN NYA YANG MANTAPPP ^^
CS 24jam Online
JANGAN SAMPAI KEHABISAN FREECHIPSNYA !!
SEHAT SELALU UNTUK KITA SEMUA ...ALWAYS THANKFULL AND GRATEFULL ^^
Titanium Price Per ounce | Tioga Star Crafts
BalasHapusTioga Star Crafts are proud to microtouch solo titanium offer Tioga Star does titanium have nickel in it Crafts at Tioga Star Crafts for you! TINY STAR CHIPPERS. titanium sheets TINY STIPPERS AT Tioga everquest: titanium edition Star titanium aura quartz Crafts.